INSPIRASI AWAL

Banyak orang menulis bahwa kita harus berpikir positif, hal ini benar, namun belum tepat, karena seberapa kita berpikir positif tergantung pada suasana hati, karena rasakan sebelum berpikir adalah bahasa TUHAN , maka kita harus merujuk bahasa tersebut,pada sisi lain seseorang tidak akan berpikir positif ketika hatinya tidak ada kemapan, dengan kemapanan hati maka seseorang akan berpikir positif dengan mengkomunikasikan sesuatunya dengan cara yang hikmah dan bijaksana, salahsatunya dengan cara menulis,

Jumat, 13 Agustus 2010

BUKU, MEDIASI INSPIRASI PEMIKIRAN


Buku, bagi seorang yang senang menulis merupakan aktualisasi inspirasi rasa dan pikiran yang dimilikinya, untuk dibaca ulang oleh sang penulis sebagai proses pembelajaran dan intropeksi diri, sisi lainnya buku yang ditulis diharapkan bisa dibaca oleh orang banyak dan akhirnya mampu untuk menginspirasi sang pembaca, yang tujuannya untuk melakukan yang lebih baik, itu merupakan sebuah harapan yang saya tidak bisa paksakan pada orang lain untuk memahaminya, hanya dengan waktu bahwa pengertian dan pemahaman itu bisa muncul.
Saya, dalam menulis buku ini, sama-sekali tidak mendramitisasi kejadian – kejadian yang saya alami sebagai sebuah simpati dan empaty yang dipaksakan kepada orang lain kepada saya, penulisan apa yang saya alami sebagai sebuah rangkaian cerita,inspirasi dan aktualisasi perjalanan seorang anak manusia yang mencoba berusaha mengenal hidup, yang terus berusaha untuk terus belajar mengenal dirinya dan Tuhannya,  dan apa yang saya alami juga hampir dialami oleh semua orang, sesuatu yang biasa dalam pernak – pernik kehidupan manusia.
Hampir semua orang mengalami, masa sulit, masa paceklik, masa susah, dimana masa itu disebut sebagai ‘ ERA KEMISKINAN” dalam perjalanan manusia, ada yang merupakan kemiskinan hati, kemiskinan pikir, kemiskinan harta, kemiskinan kasih sayang, kemiskinan semangat, kemiskinan simpati dan empati.
“ERA KEMISKINAN” yang ada dalam diri saya, merupakan sumber inspirasi bagi saya untuk menulis yang juga sebagai dampak  bahwa kemiskinan bukan hanya milik saya semata, dia juga ada diorang lain, dan ketika saya merubahnya, bukan saya saja yang berubah, disekelilingi saya juga harus berubah begitupun untuk pembaca buku ini, karena hampir semua orang mengalaminya, maka saya berharap keterpurukan kemiskinan yang diallami oleh orang – orang, keluarga, masyarakat dan bangsa harus dilawan dengan sebuah perubahan perilaku yang saya namakan “ AKU TIDAK MAU MISKIN” MENJADI “KAMI TIDAK MAU MISKIN”
Jangan paksakan seseorang mengerti saya, biarkan waktu yang akan memunculkan kesadaran itu. Saya, menulis  buku ini bagai air yang mengalir saja. Dalam tulisan ini, seperti yang sudah saya katakan bahwa apa yang saya alami, hampir semuanya mengalami, dengan bercerita melalui sebuah buku, maka orang bisa  mengatakan “ oh, apa yang dia alami, saya juga alami”, “wah, yang bagiaan ini nih, aku juga alami”, hanya model, tipe dan masanya saja yang beda, esensi dan eksistentesinya sama.
Buku, yang bercerita tentang perjalanan hidup manusia banyak ditulis dengan berbagai model, dan hak penulis untuk menyampaikan ceritanya dengan cara yang dipilihnya, dan semua orang bisa bersepakat pada caranya namun juga bersepakat untuk berbeda. Dan kita harus menerima cara pandang orang guna menyampaikan visi dan misinya, sepanjang hal itu tidak menimbulkan bentrokan pisik dikarenakan perbedaan itu.
Buku, yang saya tulis merupakan mediasi pemikiran yang saya alami, saya yakin bahwa diluar sana masih banyak yang lebih susah dari saya, namun tidak bisa mengungkapkannya dengan sebuah buku, dan saya coba untuk melakukannya menulis dengan sebuah buku. Dan saya memahami bahwa apa yang tulis masih banyak kurangnya disana – sini, dari segi rentetan kata, menjadi kalimat, menjadi bagian bab tulisan dan seterusnya, begitupun dalam tata-bahasa, saya mohon maaf atas hal ini. 

SAYA HANYA MAU MENULIS BAHWA KEMISKINAN ITU BUKAN TAKDIR, DAN ITU BISA DIRUBAH




Bahwa setiap manusia mengalaminya apa yang dinamakan kemiskinan, karena hal  itu sudah merupakan keniscayaan dalam hidup. Yang beda hanya cara menyikapinya, ada yang mengatakan keimiskan adalah takdir dan bahkan mengatakan  itu merupakan kutukan. Kalau ada orang berpendapat seperti ini, apa artinya Kalam Illahi yang mengatakan : Aku tidak akan mengubah suatu kaum, ketika kaum itu tidak mau mengubahnya”, jelas makna kata disini bahwa kemiskinan itu bukan takdirm, dia hanya nasib dan Tuhan memberi hak kepada manusia untuk mengubahnya dan itu JUGA BERLAKU UNTUK “ AKU TIDAK MAU MISKIN”, MENJADI BAHASA “KAMI TIDAK MAU MISKIN”
Miskin, ada juga yang menyikapi sebagai titik balik dalam kehidupan manusia untuk mengenal dirinya lebih dalam dan intens, sehingga mengenal Tuhannya lebih maknawi, karena dengan kemiskinan yang dialamiinya kebanyakan manusia lebih banyak merenungi kehidupannya dengan cara tafakur dan berdoa. Dan ada juga manusia dengan kemiskinan yang dialaminya menganggap  bahwa itu adalah hikmah dalam kehidupannya, yang menunjukkan bahwa Tuhan sayang, dan juga sebagai proses pemulihan dari kehidupannya untuk menuju hidup yang lebih baik, dan itu dimulai dari kemiskinan sebagai titik awal yang monumnetal dalam kehidupannya.
Bisa dituliskan bahwa miskin, adalah suatu keadaan, kejadian, pengalaman yang setiap orang mengalaminya, dan bagaimana mengubahnya setiap orang punya cara untuk melakukannya. Ada yang menggunakan cara – cara menghalalkan segala cara, yang penting saya berubah nasib saya, dari miskin menjadi kaya, ada yang punya pandangan bahwa miskin sudah takdir, saya usaha seperti apapun kalau sudah miskin, ya miskin saja, dan untuk apa saya usaha, toh hasilnya akan sama saja, msikin dan tetap miskin.
Ada, yang berpendapat bahwa miskin itu bukan takdir dan itu nasib, maka setiap orang berhak untuk merubahnya sepanjang ia punya kemauan untuk merubahnya dan itu pasti bisa.